Skip links

Corporate Governance untuk Akuntabilitas Aksi Iklim Tunjukkan Tren Positif

Bali, 11 November 2022 – Panel diskusi keempat dari Indonesia Net Zero Summit 2022: Industrial Decarbonization at All Cost, acara yang diselenggarakan KADIN Net Zero Hub, membuka kesempatan bagi perusahaan nasional maupun multinasional untuk melihat ke dalam dan merefleksikan peran kepemimpinan dalam perusahaan untuk mendorong aksi iklim. 

Data dari CDP menunjukkan bahwa Indonesia mencatat 35% peningkatan dalam perusahaan yang memiliki board level yang mengawasi isu iklim, sebuah tren positif yang sejalan dengan peningkatan jumlah perusahaan yang berkomitmen ke SBTi. Data ini menjadi penting untuk didiskusikan, karena membuat perubahan di seluruh perusahaan untuk upaya dekarbonisasi perlu dimulai dari dalam, sebagaimana disampaikan oleh John Leung, Direktur CDP wilayah Southeast Asia & Oceania, saat ia membuka panel keempat sebagai Chairperson.

Mengangkat topik “Corporate Climate Governance”, panelis yang hadir dalam sesi ini adalah Connie Ang (Chief Executive Officer Danone Indonesia), Sihol P. Aritonang (Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper), Shahril Azuar Jimin (Chief Sustainability Officer Maybank), dan Anne Patricia Sutanto (Wakil Presiden Direktur PT Pan Brothers Tbk.).

Memulai Aksi Iklim dari Dalam

“Melihat ke dalam” saat hendak menginisiasi aksi iklim perusahaan mencakup menimbang kebijakan internal perusahaan, visi perusahaan terkait keberlanjutan, dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi budaya korporasi. Ini semua akan berpengaruh pada seluruh aspek bisnis beserta orang-orang yang terlibat, baik pekerja maupun konsumen.

Bagi CEO Danone Indonesia, Connie Ang, perusahaannya memiliki prinsip dan nilai utama yang sejalan dengan semangat kepemimpinan penanganan iklim mereka: One planet, one health. Perusahaan multinasional ini memiliki Chief Sustainability Officer beserta unitnya sendiri di level perusahaan global. Sementara itu, di level regional mereka memiliki badan kepengurusan khusus untuk One Planet One Health.

“Saat kamu mengambil sesuatu dari planet, kamu harus memberi kembali ke planet dan meninggalkannya dalam kondisi lebih baik, atau setidaknya setara, seperti halnya prinsip carbon zero,” Connie Ang menjelaskan prinsip One Planet Danone Indonesia.

Dalam pandangan yang serupa, April Group juga memiliki kepengurusan dalam perusahaannya yang mengawasi respon iklim dan terdiri dari ahli iklim serta isu sosial. Beroperasi dengan empat komponen nilai, yaitu climate positive, circularity, community, dan nature, Sihol P. Aritonang selaku Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper menyatakan, “Climate governance perusahaan kami didorong oleh solusi berbasis alam.” Perusahaan manufaktur ini juga baru saja merilis komitmen APRIL2030, yang menjadi acuan dari aktivitas serta kebijakan mereka.

 

Isu Iklim Bukan Hanya tentang Lingkungan, tapi juga Manusia

Jika APRIL menekankan lingkungan dan alam dalam kepemimpinan perusahaannya terkait aktivitas iklim, PT Pan Brothers Tbk. memberatkan fokus pada manusia. Ini karena perusahaan penghasil garmen ini beroperasi dalam industri yang bergantung berat pada buruh. APRIL Group mendekati topik kepemimpinan iklim ini melalui mindset, mempertanyakan kepada internal mengapa mereka perlu melibatkan rantai pasok dan proses bisnis mereka dalam upaya menurunkan emisi. Ini karena mereka percaya semuanya kembali lagi kepada orang dan mengapa seseorang ingin melakukan apa yang mereka ingin lakukan dengan cara positif. Secara bisnis, ini juga menjadi penting untuk membiarkan dunia melihat upaya mitigasi dan adaptasi iklim Indonesia yang bertanggung jawab.

“Kami ingin menggarisbawahi bahwa ada tekstil dan garmen yang berkelanjutan (sustainable) dari Indonesia, dan bahwa apa yang kami lakukan ini bukan hanya berkaitan dengan lingkungan, tapi juga manusia,” kata Anne Patricia Sutanto, VP Direktur PT Pan Brothers Tbk.

Sedikit berbeda dari perusahaan lain yang hadir di panel ini, Maybank sebagai bank hanya memiliki sekitar 0,5% emisi langsung (direct emissions), Shahril Azuar Jimin menyatakan. Sebagian besar emisi yang harus ditanggung bank adalah “financed emissions”, yaitu emisi tidak langsung (indirect emissions) dari hasil aktivitas penyaluran uang sebuah bank ke suatu perusahaan dan/atau aktivitas yang menghasilkan emisi. Dengan peranan besar lembaga keuangan dalam mendanai transisi menuju ekonomi rendah karbon, bank dapat membatasi dampak yang mereka berikan kepada iklim dengan merealokasikan atau mendekarbonisasi portfolio mereka. 

Untuk Maybank, ini bukan sekedar diskusi mengenai struktur corporate governance, tetapi juga untuk mengembangkan dan mengimplementasikan strategi transisi. Akuntabilitas di board level, dari memasukkan pertimbangan iklim dalam perencanaan hingga melakukan pertukaran dialog dan informasi seperti menghadiri Indonesia Net Zero Summit, merupakan hal penting yang dapat menggiring perusahaan untuk mengambil aksi iklim dengan akuntabel. Chief Sustainability Officer Maybank juga menekankan pentingnya aspek “Sosial” dalam ESG (Environment, Social, Governance).

“Jika kita memang berhasil membatasi pemanasan global di bawah 1,5 derajat celsius pada 2100 tetapi orang-orang hidup kelaparan, tidak akan ada maknanya.” Shahril mempertegas.

 

Dorongan untuk Menuntut Tanggung Jawab Perusahaan terkait Iklim

Permintaan untuk menjadi perusahaan yang sadar iklim dan bertanggung jawab terhadap lingkungan semakin bertambah. 77% manager investasi menganggap sudah menjadi tanggung jawab mereka untuk memastikan perusahaan bertanggung jawab terkait perubahan iklim dan kesenjangan. Sementara itu, 85% orang bermumur 25-40 tahun menyatakan pekerjaan mereka lebih memuaskan saat mereka dapat memberi dampak positif bagi sekitarnya. 

APRIL Group percaya akan pentingnya operasi perusahaan di seluruh spektrum, dengan Sihol P. Aritonang menyatakan bahwa dorongan untuk memiliki kepemimpinan yang baik datang dari dua sisi: eksternal, seperti permintaan pelaporan / disclosure dan kepentingan aksi iklim di seluruh dunia, serta internal, yang didorong oleh shareholders serta executives yang ingin mengatasi isu iklim dengan merespon dan membangun bisnis berkelanjutan.

“Penting untuk mengembangkan kapasitas di dalam organisasi untuk dapat berurusan dengan ekspektasi stakeholder yang terus meningkat terkait aksi iklim,” Sihol meningatkan.

“Kita semua ditekan; kita diminta untuk memiliki akuntabilitas, jadi ini hal bagus,” CEO Danone Indonesia, Connie Ang, setuju akan keharusan mendorong akuntabilitas perusahaan dalam merencanakan dan mengimplementasikan aksi iklim di industri. Menarik untuk dicatat bahwa tidak sedikit orang-orang muda yang menekan perusahaan seperti Danone untuk bertanggung jawab, apalagi dengan nilai “One Planet, One Health” yang dianutnya.

Sebaliknya, PT Pan Brothers Tbk. menyatakan tidak ada yang secara spesifik menekan mereka untuk berubah atau bertransisi. “Tapi kami menekan diri kami sendiri,” VP Direktur PT Pan Brothers Tbk. menyatakan, semangat di awal diskusi terkait memulai perubahan dari dalam kembali terangkat. Respon dari tekanan-tekanan ini perlu melebihi janji dan komitmen, dan memicu perusahaan untuk mengambil langkah nyata.

“Kita butuh lebih banyak aksi ketimbang narasi,” Shahril Azuar Jimin mengingatkan.

Dengan dorongan untuk berubah yang datang dari dalam maupun luar perusahaan, urgensi untuk mengambil aksi iklim yang akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan pun muncul. Transisi menuju masa depan rendah emisi bukan hanya untuk menyelamatkan ekonomi, tetapi juga planet dan umat manusia. Panel keempat Indonesia Net Zero Summit 2022 menunjukkan bahwa kepemimpinan, dan spesifiknya corporate governance dalam konteks bisnis, berperan penting dalam memastikan setiap aksi iklim direncanakan dan dijalankan dengan baik, sehingga tidak ada satu pun orang atau perusahaan yang tertinggal dalam transisi bersama ini.

Bersama dengan Danone Indonesia, APRIL Group, PT Pan Brothers Tbk., dan Maybank, ada lebih dari 30 panelis yang mewakili perusahaan nasional maupun multinasional, serta sekitar 1.000 partisipan yang datang dari 30 negara dan merepresentasikan 20 sektor berbeda, yang berkumpul di Bali Nusa Dua Convention Center untuk menghadiri Indonesia Net Zero Summit 2022, menjadikannya titik awal baru untuk memobilisasi dekarbonisasi industri nasional secara kolektif dan kolaboratif dalam skala besar.

To personalize your experience, this website uses cookies. Read about our Privacy Policy.
Explore
Drag